Bagi peternak ayam petelur, kualitas telur menjadi hal yang sangat penting. Namun sebagai peternak, pernahkah kamu menemukan telur dengan ukuran yang kecil atau cangkang yang lunak? Padahal, kondisi ayam petelur di kandang terlihat sehat-sehat saja. Jika iya, bisa jadi itu disebabkan oleh Egg Drop Syndrome (EDS). Yuk kenali penyakit ini lebih dalam!
Apa Itu Egg Drop Syndrome?
Egg Drop Syndrome adalah penyakit yang menyerang ayam petelur. Sesuai dengan namanya, penyakit ini menyebabkan penurunan produksi telur secara drastis, serta menghasilkan telur dengan kondisi abnormal. Beberapa perubahan yang tampak pada telur adalah ukurannya yang menyusut, cangkang yang lunak, warna cangkang yang pudar, bahkan tidak adanya cangkang sama sekali.
Penyakit ayam ini pertama kali ditemukan tahun 1976, sehingga penyakit ini dikenal sebagai EDS-76. Hingga saat ini, EDS masih menjadi ancaman bagi peternakan ayam petelur karena dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang cukup besar.

Penyebab Egg Drop Syndrome
Egg Drop Syndrome disebabkan oleh Adenovirus. Virus ini menular melalui peralatan ternak atau ayam yang sudah terinfeksi, bahkan bisa juga melalui telur tetas yang membawa virus tersebut. Infeksi yang disebabkan oleh adenovirus ini memiliki waktu inkubasi sekitar 3 sampai 5 minggu dengan waktu berjalannya penyakit dari 4-10 minggu.
Penyakit EDS ini umum menyerang peternakan ayam petelur pada fase produksi, yang menyebabkan penurunan produksi telur secara tiba-tiba atau gagalnya mencapai puncak produksi dari ayam tersebut. Perubahan yang terjadi pada telur dikarakteristikan oleh produksi telur yang memiliki bentuk cangkang lunak pada ayam yang terlihat sehat.
Gejala Egg Drop Syndrome
Meskipun secara fisik ayam terlihat sehat, sebenarnya ada beberapa gejala klinis yang bisa menjadi tanda awal infeksi Egg Drop Syndrome. Penyakit ini umumnya menyerang ayam petelur berusia 25 hingga 35 minggu, dengan gejala utama berupa penurunan produksi telur disertai kualitas telur yang buruk. Ciri-cirinya menurunnya kualitas telur meliputi warna kulit telur yang pudar, cangkang yang lunak, tipis, atau bahkan tanpa cangkang sama sekali. Selain itu, ukuran telur juga bisa menyusut hingga sangat kecil.
Pada kondisi yang lebih lanjut, ayam akan menunjukkan gejala lain seperti nafsu makan yang menurun, tubuh lesu, serta warna jengger dan pial yang tampak pucat dan kadang disertai diare ringan. Jika penyakit ini tidak segera ditangani, produksi telur bisa turun hingga 20% sampai 50% selama 6 hingga 8 minggu. Akibatnya, puncak produksi telur sulit tercapai dan peternak mengalami kerugian besar.

Cara Mencegah Egg Drop Syndrome
Vaksinasi
Vaksinasi menjadi langkah utama dalam mencegah Egg Drop Syndrome. Vaksinasi EDS biasanya diberikan pada usia 15-16 minggu atau sekitar 2-3 minggu sebelum memasuki masa produksi. Jika hasil uji monitoring titer antibodi selama masa produksi menunjukkan adanya penyimpangan dari baseline titer EDS, maka vaksinasi ulang dapat dipertimbangkan sebagai langkah pencegahan tambahan.
Penerapan Biosekuriti yang Ketat
Biosekuriti memegang peranan penting dalam menjaga lingkungan kandang tetap bersih dan terbebas dari berbagai penyakit. Beberapa langkah biosekuriti yang perlu diterapkan antara lain membersihkan dan mendisinfeksi peralatan kandang secara rutin, membatasi akses orang luar ke dalam area kandang, serta mengatur lalu lintas kendaraan dan barang yang keluar masuk peternakan. Selain itu, menjaga kebersihan air minum dan pakan juga wajib dilakukan untuk mencegah penyebaran virus atau bakteri yang bisa mengancam kesehatan ayam.
Penerapan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP)
Sistem HACCP membantu peternak mengidentifikasi titik-titik rawan atau Critical Control Point (CCP) di area peternakan yang berpotensi menjadi sumber penularan penyakit. Dengan begitu, peternak dapat mengambil tindakan pencegahan di titik-titik tersebut sebelum virus menyebar.
Pengobatan Saat Ayam Sudah Terinfeksi
Jika ayam sudah terlanjur terinfeksi EDS, langkah yang bisa dilakukan yaitu mengisolasi ayam yang sakit agar tidak menular ke ayam lain. Selain itu, pemberian suplemen herbal seperti sambiloto bisa membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh ayam dan mempercepat pemulihan. Meskipun belum ada obat khusus untuk membunuh virus Adenovirus penyebab EDS, tindakan ini dapat membantu meminimalisir dampak penyakit pada ayam yang terinfeksi.
Baca Juga: Ayam Petelur Mendadak Lumpuh? Waspadai Lelah Kandang!
Kesimpulan
Egg Drop Syndrome adalah ancaman serius bagi peternakan ayam petelur. Penyakit ini bisa menyerang tanpa gejala, dan jika tidak segera ditangani, bisa menyebabkan kerugian produksi telur hingga 50%. Untuk itu, peternak perlu waspada dan melakukan langkah-langkah pencegahan seperti vaksinasi, penerapan biosekuriti yang ketat, dan sistem HACCP. Jangan lupa untuk selalu cek kondisi telur dan kesehatan ayam secara rutin agar bisa mendeteksi gejala lebih awal. Jika kamu menemukan telur dengan kondisi yang abnormal, jangan anggap sepele ya! Segera periksa kondisi ayam dan lakukan tindakan pencegahan sebelum terlambat.
Sumber: Poultry Indonesia Edisi Maret 2025