Ketika berbelanja telur di pasar, kamu pasti pernah memperhatikan bahwa warna telur ayam berbeda-beda. Di Indonesia, warna telur ayam umumnya berwarna antara coklat muda hingga coklat tua. Lalu, apa sebenarnya yang menyebabkan ketidaksamaan warna tersebut? Yuk simak alasannya!

Faktor Penentu Warna Telur

Usia

Usia ayam petelur sangat mempengaruhi warna cangkang telur. Saat ayam masih muda dan baru mulai bertelur, sistem reproduksinya belum sepenuhnya stabil. Hal ini membuat produksi pigmen protoporphyrin IX, yakni pigmen yang memberi warna coklat pada cangkang belum optimal. Akibatnya, warna telur dari ayam muda cenderung lebih pucat atau terang.

Sementara itu, ayam yang sudah tua akan mengalami penurunan fungsi tubuh. Hal ini berdampak pada menurunnya produksi pigmen pemberi warna pada telur. Hasilnya, warna cangkang telur akan menjadi lebih muda atau tampak memudar. Telur dengan warna coklat yang merata biasanya dihasilkan oleh ayam yang sedang berada di masa produksi terbaiknya, yaitu saat berusia sekitar 30 hingga 50 minggu.

Genetik

Ras atau jenis ayam juga menentukan warna dasar dari cangkang telur. Ayam dengan gen coklat seperti Isa Brown, Hy-Line Brown, atau Warren menghasilkan telur coklat secara alami karena tubuhnya memproduksi pigmen coklat yang lebih banyak. Sementara ayam putih seperti Leghorn akan menghasilkan telur berwarna putih, karena mereka tidak memproduksi pigmen untuk cangkang.

Faktor genetik ini memiliki pengaruh yang sangat kuat. Bahkan jika dua ayam diberi pakan dan dipelihara di lingkungan yang sama, hasil warna telurnya tetap akan mengikuti genetiknya masing-masing.

Lingkungan Pemeliharaan

Kondisi lingkungan tempat ayam dipelihara, seperti suhu dan kelembapan, juga dapat mempengaruhi warna telur. Jika suhu terlalu panas, kelembapan terlalu tinggi, atau kandang tidak nyaman, ayam bisa mengalami stres. Kondisi ini akan mengganggu sistem reproduksi dan membuat produksi pigmen menurun.

Akibatnya, warna cangkang telur menjadi lebih pucat dan kualitasnya menurun. Untuk mencegah hal ini, peternak perlu menjaga sirkulasi udara yang baik dan memastikan suhu kandang tetap ideal, agar ayam tetap sehat dan bisa bertelur dengan optimal.

Kualitas dan Kandungan Pakan

Pakan yang bergizi sangat penting untuk menghasilkan telur yang berkualitas. Mineral seperti kalsium dan fosfor, serta vitamin D3, akan membantu pembentukan cangkang telur yang kuat. Selain itu, bahan alami seperti paprika, marigold meal, dan pigmen xanthophyll bisa membantu mempercantik warna kuning telur sekaligus tampilan luar cangkang.

Jika ayam tidak mendapatkan nutrisi yang cukup, cangkang telur akan menjadi tipis, kusam, atau warnanya tidak merata. Oleh karena itu, pakan dengan kandungan gizi yang seimbang sangat penting untuk menjaga kualitas telur secara keseluruhan.

Baca Juga: Apa itu Telur Infertil? Berbahayakah?

Apakah Warna Telur Mempengaruhi Rasa atau Kandungan Gizi?

Meskipun setiap telur memiliki warna yang berbeda-beda, kamu tidak perlu khawatir soal kualitasnya. Warna telur tidak mempengaruhi rasa maupun kandungan gizinya. Telur adalah sumber protein yang sangat baik dan mengandung banyak vitamin dan mineral penting, seperti vitamin B12, vitamin D, zat besi, dan selenium. Baik telur coklat muda maupun coklat tua, keduanya tetap bergizi, lezat, dan aman untuk dikonsumsi. Jadi, apa pun warna cangkangnya, manfaat kesehatannya tetap sama.

Kesimpulan

Jadi, warna telur yang berbeda disebabkan oleh beberapa faktor, seperti usia ayam, genetik, lingkungan, dan pola makan. Meskipun warnanya berbeda-beda, kandungan gizi dan rasanya tetap sama. Semua telur tetap mengandung protein, vitamin, dan mineral yang baik untuk kesehatan tubuh. Oleh sebab itu, jangan ragu untuk rutin mengonsumsi telur ya!

Sumber:

Hess, L. (2025, April 1). Why are eggs different colors? AgriLife Today. Diakses 21 April 2025

Mashaly, M. M., Hendricks III, G. L., Kalama, M. A., Gehad, A. E., Abbas, A. O., & Patterson, P. H. (2004). Effect of heat stress on production parameters and immune responses of commercial laying hens. Journal of Applied Poultry Research, 13(3), 484–493.