Waisak atau Waisaka  merupakan hari suci agama Buddha. Hari Waisak juga dikenal dengan nama Visakah Puja atau Buddha Purnima di India, Saga Dawa di Tibet, Vesak di Malaysia, dan Singapura, Visakha Bucha di Thailand, dan Vesak di Sri Lanka. Nama ini diambil dari bahasa Pali “Wesakha”, yang pada gilirannya juga terkait dengan “Waishakha” dari bahasa Sanskerta.[1] Di beberapa tempat disebut juga sebagai “hari Buddha”.

Dirayakan dalam bulan Mei pada waktu terang bulan (purnama sidhi) untuk memperingati 3 (tiga) peristiwa penting, yaitu:

  1. Lahirnya Pangeran Siddhartadi Taman Lumbini pada tahun 623 S.M.,
  2. Pangeran Siddharta mencapai Penerangan Agung dan menjadi Buddhadi Buddha-Gaya (Bodh Gaya) pada usia 35 tahun pada tahun 588 S.M.
  3. Buddha Gautama parinibbana(wafat) di Kusinara pada usia 80 tahun pada tahun 543 S.M.

Tiga peristiwa ini dinamakan “Trisuci Waisak”. Keputusan merayakan Trisuci ini dinyatakan dalam Konferensi Persaudaraan Buddhis Sedunia (World Fellowship of Buddhists – WFB) yang pertama di Sri Lanka pada tahun 1950. Perayaan ini dilakukan pada purnama pertama pada bulan Mei.

Umat Buddha di Indonesia, biasanya merayakan moment tersebut dengan cara menerbangkan lampion kertas yang diterbangkan ke langit,mereka juga banyak melakukan perbuatan baik, mengambil bagian dalam melantunkan dan meditasi, merenungkan ajaran Buddha, Membawa persembahan ke kuil hingga berbagi makanan ke orang-orang

Selain perayaan tersebut, umat Budhha juga biasa melakukan upacara Bathing The Budhha pada hari Waisak. Upacara ini memperingati dimana air mengalir di atas bahu Buddha untuk mengingatkan orang-orang dalam menjernihkan pikiran mereka dari pikiran negative seperti keserakahan dan kebencian.